Pulsa Itu Terbuat dari Apa ?

  


Pulsa terbuat dari apa? Pulsa sebenarnya sama dengan saldo yang bisa dibuat oleh perusahaan jasa telekomunikasi tertentu. Bisa dikatakan juga sebagai alat pembayaran virtual untuk mendapatkan jasa telekomunikasi. Sederhananya, hanya sebuah formalitas dalam bentuk angka untuk menunjukkan jumlah layanan yang bisa digunakan oleh konsumen.


Pulsa tidak dibuat, itu hanyalah hitungan jasa layanan yang dilakukan operator telepon seluler yang dirupiahkan. Sama seperti jasa layanan semir sepatu di pinggir jalan, hitungannya adalah setiap kali penyemiran misalnya Rp 5000. Hanya saja, layanan telepon seluler dilakukan dengan cara yang lebih canggih.


Kalau pulsa prabayar, itu adalah hitungan seberapa besar jasa yang bisa dinikmati pengguna telepon seluler, yang dibatasi oleh rupiah. Secara teori, pulsa yang bisa beredar di dunia ini tidak ada batasnya, tapi kalo pulsa yang beredar per detik itu bisa terbatas, tergantung dari kapasitas operator dan satelit.



Berjualan pulsa sudah seperti jualan beras. Setiap orang yang punya handphone atau HP pasti butuh dan akan beli pulsa. Dahulu, wartel menjadi salah satu tempat pelayanan jasa telkomunikasi publik yang banyak ditemukan di pinggir jalan.


Dahulu, menerima telepon saja kena bayar, apalagi melakukan panggilan keluar.


Sistem postpaid atau pakai dulu bayar belakangan telah diterapkan pada awal berdirinya Telkomsel sekitar tahun 1995. Tak lama, setahun kemudian muncul produk bernama ProXL. Mulailah terlihat persaingan yang mencoba mengambil market share dari Telkomsel. Barulah di tahun 1997 kartu prabayar diluncurkan oleh Telkomsel sebagai terobosan. Isi ulang pun dilakukan dengan pembelian voucher gosok. Beberapa dealer pun akhirnya ditunjuk untuk mendistribusikan produk ini.


Ini merupakan titik yang menjadi awal mula bermunculannya outlet-outlet pulsa. Operator lain yakni Indosat pun mencoba melirik potensi bisnis seluler ini. Pada tahun 2001 lahirlah Mentari produk dari anak perusahaan PT Indosat Multi Media Mobile. Pengisian ulang mentari menggunakan Short Code yang distribusinya lewat beberapa dealer.


Tidak lama, Telkomsel mengeluarkan Autorefill atau B2B berupa EDC (Electronic Data Capture) yang khusus mengisi ulang saldo simpati tepatnya pada bulan Maret 2002. Ini memungkinkan pengisian pulsa tanpa kode gosok dan tentu mempermudah pembeli. M-KIOS pun lahir pada bulan Juni 2004 untuk semakin mempermudah outlet guna melayani pengisian ulang prabayar pelanggan telkomsel di berbagai wilayah. Beberapa sumber mengatakan ada sekitar 10 juta pelanggan yang dimiliki Telkomsel saat itu.


Pada perkembangannya setiap dealer mengangkat sub-sub dealer untuk mendistribusikan lagi produk seluler. Spanduk, voucher fisik dll menjadi perlengkapan umum bagi sub-sub dealer. Seiring berjalannya waktu, jumlah pengguna telepon seluler semakin banyak dan kondisi sub-sub dealer kurang diuntungkan karena porsi mereka sangat terbatas. Oleh karena itu, sub dealer ini akhirnya menjual produk dari berbagai operator (yang dikenal saat ini dengan konter/kios pulsa).


Konter-konter ini pun banyak membuka lapak di pinggir jalan. Karena setiap konter dapat menjual produk dari berbagai operator, ini semakin memudahkan pembeli. Bahkan, nyatanya operator diuntungkan dengan adanya mekanisme distribusi seperti ini.


Asal mula kata pulsa, masih menjadi perdebatan. Belum ada sumber-sumber terpercaya yang menjelaskan mengenai sejarah nama Pulsa. Dalam bahasa inggris, telepon prabayar dikenal dengan istilah ‘pay-as-you-go”, pay-as-you-talk, pay and go, prepaid wireless, atau prepay. Istilah-istilah ini merujuk pada telepon prabayar.


Sementara pulsa dikenal dengan istilah ‘credit’. Di Malaysia juga digunakan istilah ‘credit’, entah dari mana asalnya di Indonesia dinamai ‘Pulsa’. Tidak mengapa dan tidak menjadi masalah, yang penting semua sudah mengenal istilah ini. Lagipula, jika dinamai kredit dikhawatirkan malah merujuk pada utang-piutang.


Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post